Laman

Jumat, 16 Januari 2015

Desain Pembelajaran, Perencanaan Pembelajaran, dan Kurikulum

Desain Pembelajaran, Perencanaan Pembelajaran, dan Kurikulum

PENDAHULUAN

            Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat.[1] Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu yang melibatkan sistem dalam dunia pendidikan yaitu; guru/pendidik, peserta didik, materi, tujuan dan alat. Dalam pembelajaran yang didesain atau direncanakan haruslah efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan diterima dengan baik oleh peserta didik sehingga  tujuan nasional pendidik mampu dicapai dengan baik.[2] Dalam pembelajaran dan pendidikan seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan profesional untuk mengembangkan pendidikan. Selain itu, para pelaku pendidikan juga diharapkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pendidikan.
Untuk itulah perlu adanya cara atau metode untuk menjawab tantangan-tantangan yang muncul seiring dengan berkembangnya waktu, maka muncullah cara atau metode yang disebut perencanaan dan desain pembelajaran yang diharapkan akan lebih memudahkan proses belajar mengajar, dan khususnya yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam.
Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai fungsi desain pembelajaran yang merupakan hal penting dalam suatu proses pembelajaran, kurikulum sebagai sebuah kebijakan dalam pendidikan, dan perencanaan pembelajaran yang juga tidak kalah penting dalam suatu proses pembelajaran itu sendiri.



PEMBAHASAN

  1. Desain Pembelajaran
  2. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu “Persiapan  menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”.[3]
Desain pembelajaran menurut istilah dapat didefinisikan:
  1. Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan keterampilan pada diri pembelajar ke arah yang dikehendaki (Reigeluth).
  2. Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan (Briggs).
  3. Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul atau suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey AECT 1994).
  4. Suatu proses desain dan sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen (Morisson, Ross&Kemp 2007).
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development) dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “desain” dan “pengembangan”. Kata “desain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang “Pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya.[4]
  1. Tujuan Desain Pembelajaran
Tujuan desain pembelajaran adalah mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi. Menurut Morisson, Ross & Kemp (2007) terdapat empat komponen dasar dalam perencanaan desain pembelajaran, yaitu :
  1. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (karakteristik siswa atau peserta ajar)
  2. Anda ingin siswa atau peserta ajar mempelajari apa? (tujuan)
  3. Isi pembelajaran seperti apa yang paling baik dipelajari? (strategi pembelajaran)
  4. Bagaiamanakan cara anda mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai? (prosedur evaluasi)
  5. Peran Desain Pembelajaran
  6. Agar belajar dapat bermakna dan efektif.
  7. Agar tersedia atau termanfaatkan sumber belajar
  8. Agar dapat dikembangkan kesempatan atau pola belajar
  9. Agar belajar dapat dilakukan siapa saja secara berkelanjutan
  10. Fungsi desain pembelajaran
  11. Meningkatkan kemampuan pembelajaran (instruktur, guru, widyaiswara, dosen, dll)
  12. Menghasilkan sumber belajar.
  13. Mengembangkan sistem belajar mengajar.
  14. Mengembangkan organisasi menjadi organisasi belajar.
  15. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
  16. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan
  17. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
  18. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
  19. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
  20. Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.
  21. Model Desain Pembelajaran
Model desain pembelajaran sangat diperlukan, karena dapat :
  1. Pengembangan kemampuan guru atau dosen
  2. Pengembangan sumber belajar.
  3. Pengembangan sistem pembelajaran.
  4. Pengembangan organisasi.
  1. Kurikulum
  2. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum adalah berkaitan dengan komponen-komponen yang ada mengarah pada tujuan pendidikan. Komponen-komponen yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah:
  1. Apakah seperangkat rencana tersebut sesuai dengan tujuan yang akan dicapai?
  2. Apakah komponen materi yang tersusun dalam kurikulum itu sesuai dengan tujuan yang dicapai?
  3. Apakah metode (cara) yang dipilih berfungsi pula untuk mencapai tujuan yang akan dicapai?
  4. Apakah para penyelenggara pendidikan berfungsi pula dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan pendidikan?
Yang terkait dalam kurikulum sekolah secara langsung ialah guru, kepala sekolah, para penulis buku ajar, dan masyarakat. Berikut akan dipaparkan seberapa jauh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kurikulum.
  1. Fungsi kurikulum bagi para penulis
Para penulis buku ajar hendaknya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun sub pokok bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis intruksional terlebih dahulu.[5] Kemudian menyusun garis-garis besar program pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran tertentu, baru mencari sumber bahan yang relevan. Perlu diingat bahwa tudak semua bahan dari berbagai sumber tersebut dapat ditulis sebagai bahan pelajaran. Yang perlu mendapat pertimbangan ialah kriteria-kriteria sebagai berikut:
1)      Bahan hendaknya bersifat pedagogis.
2)      Bahan hendaknya bersifat psikologis.
3)      Bahan hendaknya disusun secara dedaktis.
4)      Bahan hendaknya bersifat sosiologis.
5)      Bahan hendaknya bersifat yuridis.
Kriteria penulisan bahan tentu saja menyesuaikan dengan kelas-kelas yang bersangkutan. Bahan untuk sekolah dasar kriterianya akan lebih ketat dari pada bahan untuk sekolah menengah. Apalagi untuk perguruan tinggi, bahan disini hampir tidak difilter oleh berbagai kriteria, sehingga menyebabkan luas bahan tidak terbatas.[6]
  1. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru baru sebelum mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah kurikulum. Setelah kurikulum didapat pertanyaan berikutnya adalah garis-garis besar program pengajaran. Setelah garis-garis besar program pengajaran ditemukan, barulah guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan atau yang telah ditentukan depdiknas. Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai  tujuan pendidikan, maka guru mestinya mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja.
  1. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Bagi kepala sekolah yang baru, yang dipelajari pertama kali adalah tujuan lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari kurikulum yang berlaku sekarang untuk dipelajari, terutama pada buku penunjuk pelaksanaan. Selanjutnya tugas kepala sekolah melaksanakan supervisi kurikulum.
  1. Fungsi kurikulum bagi masyarakat
Kurikulum adalah alat produsen dari sekolah, sedang masyarakat adalah konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen dan konsumen harus sinkron. Kurikulum sekolah output-nya harus dapat linj and match dengan kebutuhan masyarakat.
Kita lihat berbagai jenis kurikulum sekolah di Indonesia hubungannya dengan harapan masyarakat dapat dipaparkan sebagai berikut:
  1. Pendidikan umum kurikulumnya mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan dengan penghususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.
  2. Pendidikan kejuruan kurikulumnya mempersiapkan peserta didik dapat bekerja daam bidang tertentu dimasyarakat.
  3. Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan untuk disiapkan agar dapat menyesuaikan dalam kehidupan masyarakat.
  4. Pendidikan kedinasan kurikulumnya disiapkan oleh suatu departemen pemerintahan atau lembaga pemerintah non departemen dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinas dimasyarakat nantinya.
  5. Pendidikan keagamaan kurikulumnya menyiapkan penguasaan pengetahuan khusus pendidikan agama yang bersangkutan dengan harapan lulusannya dapat menjadi pembina agama yang baik di masyarakat.
  6. Pendidikan akademik kurikulumnya menyiapkan penguasaan ilmu pengetahuan agar lulusannya dapat menjadi pioner-pioner pembangunan atas dasar konsep yang tangguh.
  7. Pendidikan profesional kurikulumnya menyiapkan penerapan tertentu, dengan harapan lulusannya dapat bekerja secara profesional di masyarakat.
Kurikulum dapat diibaratkan sebagai kendaraan yang berfungsi sebagai alat angkat untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan, misal kan: Auto sebagai kurikulum, sopir sebagai guru, penumpang sebagai siswa, tempat yang dituju sebagai tujuan pendidikan, jarak yang dituju sebagai target, hambatan dijalan sebagai constrains, dan bengkel sebagai biro perencanaan kurikulum.
  1. Tujuan Kurikulum
Menurut John D.Mc. Neil terdapat mempat macam konsepsi kurikulum yang masing-masing memiliki tujuan berbeda-beda sebagai berikut:
1)      Konsep kurikulum humanistik, tujuannya mengutamakan perkembangan kesadaran pribadi (increased personal awarness) untuk pencapaian aktualisasi diri.
2)      Konsepsi kurikulum rekontruksi sosial, tujuannya untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi berbagai peribahan masyarakat pada masa yang akan datang dan dapat menyesuaikannya (fit into the esisting society).
3)      Konsep kurikulum teknologi, tujuannya terutama pada pengembangan hasil pendidikan yang dapt ditiru (the development of intruction producs that can replicated).
4)      Konsep kurikuum sujek akademik tujuannya terutama untuk melatih pikir.
Tujuan kurikulum dapat dilihat dari berbagai sudut pandang:
1)      Dilihat dari penyelenggara
a)      Tujuan kurikulum nasional dengan maksud untuk menyeragamkan mutu lulusan untuk beberapa mata pelajaran dengan cara EBTANAS.
b)      Tujuan kurikulum regional dan lokal, yang berupa kurikulum rmuatan lokal bertujuan memberi bekal pengetahuan, ketrampilan pembentukan sikap dan perilaku siswa, serta memiliki wawasan yang luas dan mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat, mampu mengembangkan serta melestarikan sumberdaya alam dan kebudayaan.
2)      Dilihat dari arah kelulusan
a)      Kurikulum bertujuan akademik menyiapkan lulusannya untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
b)      Kurikulum bertujuan profesi, menyiapkan lulusannya untuk menghadapi lapangan kerja di masyarakat yang dibutuhkan lembaga pendidikan penyelenggara terdapat pada berbagai sekolah kejuruan atau program.
  1. Perencanaan Pembelajaran
  2. Pengertian
Berkenaan dengan perencanaan, William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management: mengemukakan bahwa “Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengendung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.”
Terry menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[7]
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyususnan materi pembelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalam waktu tertentu.
Konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
  1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
  2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui sistem yang sistematik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.
  3. Perencanaan pengejaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
  4. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
  5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
  6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
  7. Dimensi-dimesi Perencanaan Pembelajaran
Berbicara tentang dimensi perencanaan pembelajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pembelajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu menurut Haryanto memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni:
  1. Signifikansi
Tingkat signifikansi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan dan signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.
  1. Feasibilitas
Perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan dan biayamaupun pengimplementasiannya.
  1. Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
  1. Kepastian
Konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tak terduga.
  1. Ketelitian
Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.
  1. Adaptabilitas
Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan yang fleksibel atau adapteble dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
  1. Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencnaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
  1. Monitoring
Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
  1. Isi perencanaan
Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Perencanaan pengajaran yang baik perlu memuat:
-          Tujuan apa yang akan diinginkan
-          Program dan layanan
-          Tenaga manusia
-          Keuangan
-          Bangunan fisik
-          Struktur organisasi
-          Konteks sosial
  1. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pengajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
  1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
  2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
  3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
  4. Sebagai alat ukur efektif  tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
  5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
Daftar Pustaka

W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2002) , hal. 62.
Firdaus.Undang-Undang Guru Dan Dosen(Jakarta:Departemen Agama RI,2006)h.46
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 67.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 95.
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 13.
Dakir, Perencanaan, hal. 14.
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Penerbit Rosda Karya, 2011), hal. 16-17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar