Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Micro Teaching
Dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran, seorang pendidik maupun calon pendidik harus mampu
menguasai materi-materi dan tata kelola sebuah kelas dalam proses
teaching learning. Penguasaan ini diperoleh melalui latihan-latihan,
atau praktek baik sesama calon guru ataupun praktek langsung dilapangan
(PPL) bagi calon guru. Kegiatan semacam ini dikenal dengan micro
teaching (pembelajaran/pengajaran mikro) yang oleh para pakar dalam
memberi pengertian saling berbeda-beda namun intinya sama.
Laughlin dan Moulton dalam Hasibuan
mendefinisikan micro teaching (pengajaran mikro) adalah sebuah metode
latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi
bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru (calon guru)
dapat menguasasi setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar
yang disederhanakan.[2]
Sukirman mengatakan micro teaching
adalah sebuah pembelajaran dengan salah satu pendekatan atau cara untuk
melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara “micro” atau
disederhanakan.[3] Penyederhanaan disini terkait dengan setiap komponen
pembelajaran, misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis
keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan metode dan media
pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya.
Selanjutnya Hamalik mengatakan
pengajaran mikro merupakan teknik baru dan menjadi bagian dalam
pembaruan. Penggunaan pengajaran mikro dalam rangka mengembangkan
keterampilan mengajar calon guru atau sebagai usaha peningkatan, adalah
suatu cara baru terutama dalam sistem pendidikan guru di negera kita.[4]
Sedangkan Sardiman mengatakan micro teaching adalah meningkatkan
performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan
mengelola interaksi belajar mengajar.[5]
Memahami dua pendapat ini pengajaran
mikro pada dasarnya merupakan suatu metode pembelajaran berdasarkan
performa yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan
komponen-komponen kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran,
sehingga calon guru benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu
persatu atau beberapa komponen secara terpadu dalam situasi pembelajaran
yang disederhanakan.
Dengan demikian, dalam micro teaching
bagian sangat penting adalah praktik mengajar sebagai bentuk nyata
ditampilkannya kompetensi yang telah dibekalkan kepada calon pendidik.
Pada umumnya praktik micro teaching dilakukan dengan model peer-teaching
(pembelajaran bersama teman sejawat), karena model ini fleksibel
dilaksanakan sebelum melakukan real-teaching dalam kelas yang
sesungguhnya. Dalam micro teaching calon pendidik dapat berlatih unjuk
kebolehan dengan kompetensi dasar mengajar secara terbatas dan secara
terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar dengan kompetensi
(tujuan), materi, peserta didik, dan waktu yang relatif dibatasi
(dimikrokan).
Dari uraian-uraian di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa pengertian micro teaching dalam penelitian ini
merupakan sarana latihan untuk berani tampil menghadapi kelas dengan
peserta didik yang beraneka ragam karakternya, mengendalikan emosi,
ritme pembicaraan, mengelola kelas agar kondusif untuk proses transfer
ilmu, dan lain-lain, praktik micro teaching dilakukan sampai calon
pendidik dianggap sudah cukup memadai untuk diterjunkan dalam praktik
yang sesungguhnya.
2. Tujuan Micro Teaching
Setelah membahas dan memahami
pengertian micro teaching di atas, dapat dirumuskan tujuan secara umum
dari micro teaching adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam proses
pembelajaran atau kemampuan profesional calon guru dan/atau meningkatkan
kemampuan tenaga kependidikan dalam berbagai keterampilan yang
spesifik. Latihan praktek mengajar dalam situasi laboratoris, maka
melalui micro teaching, calon guru ataupun guru dapat berlatih berbagai
ketrampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan
kompetensinya.
Sardiman mengatakan tujuan dari
pembelajaran mikro adalah membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh
terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek
mengajar.[6] Sedangkan menurut Dwight Allen dalam Moedjiono, tujuan
pembelajaran mikro adalah:
a. Bagi siswa calon guru
Pertama, memberikan pengalaman
belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar
secara terpisah. Kedua, calon guru dapat mengembangkan keterampilan
mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya. Dan ketiga,
memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam–macam
keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana
keterampilan itu diterapkan.
b. Bagi guru
Pertama, memberikan penyegaran dalam
program pendidikan. Kedua, guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar
yang bersifat individual demi perkembangan profesinya. Dan ketiga,
mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang
berlangsung di pranatan pendidikan.[7]
Sebagaimana teori sebelumnya,
pengajaran mikro bukan hanya untuk calon guru saja tapi juga digunakan
untuk guru yang telah mengajar di sekolah-sekolah. Tujuannya pun
berbeda-beda, sebagaimana penjelasan Hartono dengan mengelompokkan
tujuan pengajaran mikro yakni tujuan pengajaran mikro untuk calon guru
dan tujuan untuk para guru:
a. Tujuan yang berkaitan
dengan mahasiswa calon guru, yaitu Pertama, memberi latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah dan latihan pengalaman
mengajar yang nyata; Kedua, memberi kesempatan calon guru mengembangkan
keterampilan mengajar dan bimbingan sebelum mereka tampil di kelas yang
sebenarnya; Ketiga, memberikan kesempatan calon guru untuk mendapatkan
latihan keterampilan mengajar dan berlatih kapan harus menerapkannya.
b. Tujuan yang berkaitan dengan
guru, yaitu Pertama, memberikan penyegaran keterampilan dasar mengajar;
Kedua, memberikan kesempatan menambah pengalaman terbimbing untuk
penigkatan dan pengembangan profesinya; dan Ketiga, mengembangkan sikap
terbuka bagi guru terhadap tanggapan/ kritik atas kekurangannya dan
pembaharuan yang berkembang di dunia pendidikan.[8]
Dari pendapat ini, penulis
menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran mikro untuk memberikan kesempatan
kepada mahasiswa (calon guru) untuk berlatih mempraktikkan beberapa
keterampilan dasar mengajar di depan teman–temannya dalam suasana yang
constructive, supportive, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan
mental, keterampilan dan kemampuan (performance) yang terintegrasi untuk
bekal praktik mengajar sesungguhnya di sekolah/ institusi pendidikan.
c. Fungsi Micro Teaching
Dari berbagai literature yang penulis
temukan bahwa fungsi micro teaching secara umum penulis simpulkan bahwa
Microteaching berupaya untuk membina calon guru/tenaga kependidikan
melalui keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif dan interaktif.
Dalam perannya micro teaching berfungsi sebagai:
a. Fungsi Intruksional
Pada fungsi ini micro teaching sebagai
penyedia fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga kependidikan
untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan latihan penerapan
pengetahuan metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu keguruan yang telah
dipelajari secara teoritik.
Hal ini sebagaimana Hamalik mengatakan
bahwa pengajaran mikro berfungsi sebagai praktek keguruan, baik dalam
pre-service maupun in-sevice.[9] Dengan demikian fungsi intruksional
bagi calon guru sebagai tempat mengasah kompetensi dan keterampilan
mengajar.
b. Fungsi Pembinaan
Fungsi selanjutnya yaitu sebagai
tempat pembinaan dan pembekalan para calon guru sebelum terjun ke
lapangan (pengajaran sebenarnya). Sardiman mengatakan bahwa micro
teaching dijadikan tempat membekali calon guru dengan memperbaiki
komponen-komponen mengajar sebelum terjun ke real class room
teaching.[10]
Pendapat ini sudah jelas bahwa adanya
micro teaching bagi mahasiswa calon guru dibina dan diajarkan tata cara
mengajar di kelas. Fungsi dan manfaatnya bila dilihat sangat besar bagi
calon guru terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan dimasa akan
datang.
c. Fungsi Integralistik
Dalam dunia kependidikan, PPL (Program
Pengalaman Lapangan) menjadi hal utama untuk menguji kualitas. Bukan
hanya di sistem pendidikan keguruan saja yang melaksanakan ini bahkan
disetiap lembaga pendidikan tinggi juga menerapkannya, baik teknik,
perbankan, apalagi keguruan. Artinya, program micro teaching merupakan
bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta merupakan mata
kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata kuliah wajib lulus.
d. Fungsi Eksperimen
Keberadaan micro teaching berfungsi
sebagai bahan uji coba bagi calon guru pakar di bidang pembelajaran.[11]
Umpamanya seorang guru atau seorang ahli berdasarkan penelitiannya
menemukan suatu model atau suatu metode pembelajaran, maka sebelum
penemuan itu dipraktekkan di lapangan, maka terlebih dahulu
diuji-cobakan di dalam micro teaching ini. Dengan demikian hasilnya
dapat dievaluasi di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan
perbaikan-perbaikan.
Dari fungsi-fungsi ini, bagi
mahasiswa calon guru mengadakan latihan pembelajaran pada pengajaran
mikro ini yang utama adalah performance. Hal inilah yang biasanya
dikembangkan dalam pengajaran mikro. Performance (penampilan, kinerja)
adalah penampilan seseorang yang dihayati oleh orang lain. Kesan pertama
terhadap seseorang karena kenampakan alami diri seseorang (appearance).
Selanjutnya dengan melakukan latihan yang berulang–ulang dalam
pengajaran mikro, performa mahasiswa calon guru diharapkan akan menjadi
perilaku (behavior). Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi pengajaran mikro
merupakan arena melatih performance.
Footnote:
[1]Zainal Asri, Micro Teaching: Disertai Dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal.
[2]J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 44.
[3]Dadang Sukirman, Pembelajaran Micro
Teaching, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama, 2012), hal. 21.
[4]Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, cet. 6, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 144.
[5]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 189.
[6]Ibid.,
[7]J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar..., hal. 46.
[8]BambangHartono, Pengajaran Mikro:
Strategi Pembelajaran Calon Guru/ Guru Menguasai Keterampilan Dasar
Mengajar,(Semarang: Widya Karya, 2010), hal. 37.
[9]Hamalik, Pendidikan Guru..., hal. 144.
[10]Sardiman A.M, Interaksi dan..., hal. 186.
[11]Asril, Micro Teaching..., hal. 119.